Mewujudkan Kesejahteraan
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat bertemu lagi dengan saya, Azer, pada pelajaran tentang ‘Konsep Kesejahteraan dalam Koperasi’ dengan topik ‘Mewujudkan Kesejahteraan”.
Jika anda telah sampai pada topik ini, berarti anda telah melewati 4 topik pelajaran sebelumnya. Itu juga berarti bahwa anda telah memahami seluk beluk dan arti kesejahteraan itu. Kini saatnya kita mengetahui cara mewujudkannya.
Masih ingat dengan Bedu dan Bejo kan?
Dari cerita mereka ini, memberikan kita pelajaran bahwa sebenarnya sejahtera itu dimulai dari konsep berpikir atau persepsi kita terhadap kesejahteraan itu sendiri. Jadi, tidak mengherankan jika Bedu merasa sejahtera, sementara si Bejo masih merasa ”sengsara”. Makanya, disebut sebagai nilai relatif. Lalu, bagaimana agar tidak terjebak dalam suasana sebagaimana dialami oleh si Bejo? Ada beberapa hal yang sebaiknya dicerna ulang, seperti berikut ini dan ini sekaligus sebagai cara untuk kita meraih kesejahteraan itu.
Pertama, Kita harus menetapkan konsep sejahtera itu terlebih dahulu.
Bagun dan pahami konsep sejahtera untuk diri kita. Kemudian putuskan arti kesejahteraan itu sesuai nilai diri kita masing-masing. Bukan semata-mata hanya persepsi diri dari kehidupan orang lain, tapi hal ini dapat kita jadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan konsep sejahtera kita.
Jadi, bukan karena tetangga kita memiliki rumah lebih bagus atau mobil lebih banyak, maka kita anggap tetangga kita lebih sejahtera. Bukan itu maknanya, melainkan model kesejahteraan seperti apa yang kita inginkan. Jadi, tidak perlu melihat orang lain.
Tapi, bisa saja pencapaian-pencapaian positif dari kehidupan orang lain dapat kita jadikan gambaran untuk kita juga akan meraihnya, bahkan bisa menjadi motivasi kuat untuk kita. Misalnya, anda melihat tentangga anda dengan pencapaian-pencapaiannya; punya rumah bagus, mobil bagus, dsb, meskipun hal itu tidak menjamin bahwa dia telah sejahtera, tapi kita bisa belajar bagaimana dia mencapai ke sana. Tentunya bukan karena korupsi atau hal-hal negatif lain ya… maka, kita juga bisa menjadikan itu sebagai contoh untuk menetapkan kesejahteraan kita. Tapi, sekali lagi, ingat! Sesuaikan dengan nilai diri kita.
Berikutnya, memastikan untuk apa semua uang dan harta yang sudah dan atau yang akan Anda miliki nantinya. Jadi, ada tujuan dari harta tersebut. Bukan sekadar dikumpulkan sebanyak-banyaknya. Ini sekaligus menjelaskan bahwa kekayaan dalam makna kesejahteraan adalah ketika Anda bisa menikmati dan mensyukuri kekayaan tersebut.
Bukan kekayaan yang berlimpah karena utang berlimpah, misalnya. Atau dalam bentuk lain, harta dan kekayaan membuat kita menjadi berperilaku buruk, menjadi serakah atau menjadi kikir.
Jadi, kesimpulannya, definisikan dulu arti kesejahteraan secara seluas-luasnya. Termasuk, hubungan antara jumlah harta dan uang yang dimiliki atau diinginkan dengan kebahagiaan. Baru setelah itu bicara mengenai bagaimana mencapainya.
Kedua, barulah kita berbicara tentang bagaimana mendapatkan kesejahteraan ini.
Untuk menjadi sejahtera sebagaimana ukuran yang telah anda diputuskan, Anda terlebih dahulu harus mengetahui seberapa jauh jarak Anda saat ini dengan tingkat kesejahteraan yang hendak diraih.
Sebagai misal, dari sisi aset, saat ini Anda menyewa rumah dan Anda beranggapan, untuk sejahtera, setidaknya Anda mesti memiliki rumah sendiri. Maka, pertanyaan berikutnya adalah, rumah seperti apa yang ingin Anda miliki. Lalu berapa lama dari sekarang rumah tersebut dapat Anda miliki. Kemudian dari mana sumber pembiayaannya.
Artinya, ada rencana yang jelas, terukur, baik dari sisi waktu maupun sumber dananya. Jadi, boleh-boleh saja Anda mendambakan apa saja, tetapi tidak boleh menafikan rasionalitas. Jangan sampai Anda terjebak pada kesejahteraan artifisial; memiliki aset bersumber dari hutang dan kemudian aset tersebut hilang kembali karena Anda gagal melunasi utang.
Kesejahteraan termasuk unsur kebahagiaan bukan sekadar untuk dicapai sesuai ukuran kita masing-masing. Ketika kesejahteraan itu sudah tercapai, langkah berikutnya adalah bagaimana mempertahankan kesejahteraan tersebut.
Ketiga, kemudian bagaimana kita agar bisa tetap sejahtera.
Ketika kekayaan meningkat, sebagian kalangan juga mengubah gaya hidup, pola pergaulan, dan tingkat konsumsi. Perubahan itu, hakikatnya menjadikan biaya hidup semakin mahal. Oleh sebab itu, salah satu kunci paling mendasar untuk mempertahankan kesejahteraan adalah melalui kontrol terhadap perubahan gaya hidup. Dan, itu bisa dijaga dengan kembali mengajukan pertanyaan, “Apa definisi kesejahteraan bagi diri Anda?”
Secara konseptual, menjaga kesejahteraan dapat dilakukan dengan cara melakukan check up secara reguler terhadap kondisi keuangan dan kekayaan Anda. Jika pengeluaran tiba-tiba menjadi lebih besar ketimbang pemasukan, sebaiknya Anda berhati-hati. Itu merupakan sinyal bahwa ada sesuatu yang mulai keliru dalam pengelolaan kesejahteraan Anda.
Untuk mencegah permasalahan lebih lanjut, mulailah membelanjakan uang untuk hal-hal yang berkualitas. Bukan membeli barang-barang berharga murah, tetapi daya gunanya rendah dan frekuensi pembelian bisa tinggi. Lebih jauh lagi, stop melakukan pengeluaran—khususnya terhadap sesuatu yang bersifat keinginan—ketika pemasukan tidak mencukupi. Dengan kata lain, ketika kesejahteraan telah bersama Anda, jangan menggunakan aset yang telah dimiliki untuk membiayai pengeluaran yang hanya sekedar untuk kesenangan saja.
Nah, inilah 3 langkah yang dapat kita aplikasikan agar kita dapat merasakan dan menikmati arti kesejahteraan yang sesungguhnya.
Demikian pelajaran kita untuk topik kali ini. Sampai bersua kembali pada topik selanjutnya. Terima kasih.