Antara Needs dan Wants
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat bertemu kembali dengan saya pada pelajaran tentang ‘Konsep Kesejahteraan dalam Koperasi’ dengan topik ‘Antara Needs dan Wants’.
Pelajaran kali ini saya anggap sangat penting karena dengan kita bisa memahami perbedaan antara Needs dan Wants, maka akan sangat membantu kita untuk mencapai kesejahteraan.
Oya, sebagai kata pembuka, saya ingin mengutip sebuah ungkapan yang dilontarkan oleh Dave Ramsey. Mungkin di antara anda sudah mengenalnya. Dia adalah seorang konsultan keuangan terkemuka di Amerika sejak lebih 20 tahun lalu yang mengajarkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang saya anggap terbilang radikal karena berbeda dari para konsultan keuangan lainnya. ‘Seven Baby Staps’ adalah langkah-langkah strategis pengelolaan keuangan yang ia ciptakan.
Dia menyebut, “Most of the things we buy are wants. And we call them needs, but they are wants”. Artinya: “Sebagian besar barang yang kita beli itu adalah keinginan. Dan kita menyebutnya kebutuhan, tetapi sebenarnya itu adalah keinginan”.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering membicarakan tentang Needs atau kebutuhan dan Wants atau keinginan. Sayangnya, banyak di antara kita yang tidak mememahami perbedaan di antara keduanya sehingga sering kali kita membungkus keinginan dengan kemasan kebutuhan.
Misalnya yang paling sederhana adalah saat kita ke toko atau swalayan. Awalnya, kita ke sana untuk membeli berbagai kebutuhan kita, namun tak jarang kita sering terjebak untuk membeli lebih dari yang kita butuhkan, dan anehnya, kita masih menganggapnya itu kebutuhan. Iya nggak? Ngerasani nggak?
Selanjutnya, berbagai kerusakan di muka bumi ini sebagian besar lahir dari keinginan manusia, bukan kebutuhan. Kerusakan dalam negara, misalnya, dipicu oleh keinginan-keinginan kaum elit di negara itu. Demikian pula kerusakan dalam rumah tangga, sering kali dipicu oleh keinginan orang-orang di dalamnya, bininya punya keinginan apa… lakinya juga mau apa! dan sama sekali bukan kebutuhan mereka.
Kerusakan itu terjadi karena kita tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Selain itu, kita menganggap bahwa kita akan bahagia dan sejahtera jika segala keinginan kita terpenuhui. Padahal, kebahagiaan dan kesejahteraan kita terletak pada pemenuhan kebutuhan kita, bukan keinginan. Nah, sekarang bagaimana membedakan antara kebutuhan dan keinginan?
Setidaknya ada 4 perbedaannya, yaitu:
- Kebutuhan itu terukur, sementara keinginan tidak terukur. Ukuran kebutuhan adalah sandang, pangan, dan papan. Jika ketiga unsur kebutuhan ini tercukupi, maka manusia bisa merasakan bahagia. Namun jika ada salah satunya yang tidak terpenuhi secara layak, maka besar kemungkinan manusia tidak akan merasa bahagia.
- Tubuh akan menuntut jika kebutuhan tidak terpenuhi, sementara pikiran yang akan menuntut jika keinginan tidak terpenuhi. Tubuh kita diciptakan Tuhan dengan alarm khusus yang akan berbunyi jika terdapat kekurangan dalam pemenuhan sandang, pangan, dan papan. Alarm lapar anda akan berbunyi jika kebutuhan makan tubuh tidak anda penuhi.
Tapi, alarm tersebut tidak berbunyi jika yang tidak terpenuhi adalah keinginan. Di sisi lain, pikiran kitalah yang menjadi alarm bahwa ada keinginan kita yang tidak terpenuhi. Pikiran kita akan selalu terganggu jika keinginan itu tidak dipenuhi, makanya kenapa banyak orang stress. Itulah mengapa, kebahagiaan dan kesejahteraan itu terletak pada bagaimana kita mengatur pikiran kita.
- Kebutuhan diciptakan oleh Tuhan, sementara keinginan diciptakan oleh manusia. Tuhan menciptakan manusia dengan segala keterbatasannya sehingga membutuhkan sesuatu untuk melangsungkan kehidupannya, dan manusia menambahkannya dengan keinginan-keinginan.
- Kebutuhan itu bersifat sama bagi semua orang, keinginan berbeda-beda tergantung status sosial. Apa yang dibutuhkan oleh tubuh setiap orang tidak berbeda dengan apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Namun, keinginan setiap orang sangat bergantung pada berbagai faktor, terutama status sosialnya.
Meskipun demikian, bukan berarti keinginan adalah hal yang buruk. Justru dengan keinginan itulah manusia bisa meningkatkan taraf hidupnya. Berbeda dengan hewan yang hidup hanya untuk memenuhi kebutuhannya, manusia memliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya karena memiliki keinginan. Bahkan karena manusia memiliki keinginan itulah sehingga peradaban tercipta.
Namun, hal terpenting yang harus kita miliki adalah kemampan mengontrol keinginan kita, bukan menghapusnya. Pemenuhan kebutuhan selalu berkaitan dengan kesejahteraan dan kebahagiaan (happiness), sedangkan pemenuhan keinginan berkaitan dengan hiburan dan kesenangan (pleasure).
SLIDE 5
Nah, untuk itu kita senantiasa harus mampu menentukan dan mengatur antara kebutuhan dan keinginan kita.
Ada 4 area yang berkaitan dengan cara menentukan atau mengidentifikasi antara kebutuhan dan keinginan kita sesuai prioritas. Begitu juga ada 4 area yang berkaitan dengan pengelolaannya.
4 Area Pertama, yaitu bagaimana cara kita menentukan atau mengidentifikasi mana kebutuhan dan mana keinginan sesuai prioritas.
- Menentukan sesuatu yang PENTING DAN MENDESAK terlebih dahulu untuk dijadikan prioritas utama. Misalnya makanan, kita merasa lapar (ini hal yang mendesak) dan kita perlu makan untuk menambah energi kita untuk bekerja (ini hal yang penting). Jadi, kita bisa segera ke warung makan yang terdekat untuk mengganjal perut. Atau contoh lain, anak anda tiba-tiba sakit, dan anda hanya punya duit yang sebelumnya disiapkan untuk membeli HP. Anak anda dan HP sama-sama penting bagi anda, tapi yang paling mendesak adalah membawa anak anda ke dokter dan membeli HP bisa ditunda dulu. Maka untuk ke dokter ini merupakan kebutuhan prioritas.
KEBUTUHAN INI TIDAK DAPAT DITUNDA APALAGI TIDAK DIPENUHI.
- Kemudian, PENTING TAPI TIDAK MENDESAK. Kita taruh ini sebagai prioritas yang kedua. Karena kita masih bisa menundanya sebentar. Tapi ingat, kebutuhan ini hanya ditunda bila ada kebutuhan lain yang penting dan mendesak. Jika tidak ada kebutuhan yang penting dan mendesak atau sudah terpenuhi, maka kita harus memenuhi jenis kebutuhan ini. Misalnya, kebutuhan untuk mempersiapkan anak anda masuk SMA. Kebutuhan ini harus dipenuhi 1 tahun lagi. Maka, kita bisa mulai persiapkan uang dengan menabung. Nah, karena kita harus memenuhi kebutuhan ini 1 tahun mendatang, kita bisa menundanya atau mencicilnya sedikit demi sedikit dan memenuhi kebutuhan yang penting dan mendesak lainnya.
KEBUTUHAN INI DAPAT DITUNDA TETAPI HARUS DIPENUHI.
- Selanjutnya, TIDAK PENTING TAPI MENDESAK. Kita taruh ini sebagai prioritas yang ketiga. Tapi ingat, kebutuhan ini bisa diwujudkan asal kebutuhan nomor 1 dan 2 telah terpenuhi dan kita setidaknya cukup mampu untuk memenuhinya. Contoh, minggu depan grup band favorit yang sangat anda idolakan akan mengadakan konser musik di ruang tertutup dengan tiket seharga 1 juta dan itu adalah harga untuk kursi termurahnya.
Karena konser itu mendadak diberitakan, anda jadi tidak siap untuk menabung dan membeli tiket konser itu. Coba anda pikir, pentingkah konser itu bagi kehidupan dan masa depan anda? Jika tidak, coba anda urungkan niat anda. Akhirnya, kita juga telah belajar satu hal yaitu menabung itu sangatlah penting.
KEBUTUHAN INI TIDAK DAPAT DITUNDA TAPI ANDA DAPAT MEMBATALKAN NIAT UNTUK MEMENUHINYA, karena ini sebenarnya bukanlah kebutuhan, tapi lebih pada keinginan semata.
- Terakhir, TIDAK PENTING DAN TIDAK MENDESAK. Ini yang tidak perlu anda perhitungkan apakah harus dipenuhi atau tidak. Jika anda ingin, anda bisa menabung dari sekarang. Contohnya sama seperti contoh yang ketiga tetapi konser itu diadakan setahun lagi jadi anda bisa mempersiapkan dari sekarang. Atau keinginan anda membeli sebuah ponsel iPhone yang hanya anda fungsikan untuk sarana gaya-gayaan saja. Kecuali jika anda adalah seorang pebisnis atau pekerja yang sangat membutuhkan alat komunikasi dengan fitur lengkap maka itu bisa menjadi kebutuhan yang penting bagi Anda tapi mungkin tidak mendesak karena anda masih bisa menggunakan gadget anda yang ada terlebih dahulu.
KEBUTUHAN INI DAPAT DITUNDA BAHKAN ANDA BISA MEMBATALKANNYA, karena ini juga hanya sekedar keinginan saja, dan ini bisa anda penuhi jika kebutuhan anda seluruhnya telah terpenuhi.
Dari ke-4 area ini, maka nomor 1 dan 2 adalah area KEBUTUHAN yang MESTI anda penuhi karena jika tidak maka ada risiko dalam kehidupan anda yang akan terjadi.
Dan nomor 3 dan 4 adalah area KEINGINAN yang bisa anda penuhi jika kebutuhan anda telah tercukupi, atau anda abaikan karena bisa mengancam kebutuhan anda menjadi terabaikan jika keinginan ini dipenuhi.
4 Area Kedua, adalah bagaimana kita menilai, mengukur sekaligus mengatur pertemuan antara kebutuhan dan keinginan kita. Caranya, setiap kita menghadapi sesuatu, coba kita tanyakan diri kita terlebih dahulu, apakah KITA BUTUH DAN MENGINGINKANNYA?
- Jika jawabnya IYA; KITA BUTUH DAN KITA INGIN, maka ini hal yang baik. Berarti kebutuhan dan keinginan kita sejalan. Tinggal menentukan skala prioritasnya, apakah mendesak atau tidak.
- Jika jawabnya, KITA BUTUH TAPI KITA TIDAK INGIN. Maka ini bertanda kita sedang sakit. Misalnya, orang sakit itu butuh makan, tapi karena kebanyakan orang sakit kehilangan nafsu makan maka mereka sering menolak kebutuhan makan. Itu kenapa harus diinfus. Atau contoh lain, anda butuh penghasilan untuk bisa bertahan hidup tapi anda tidak mau bekerja dan tidak mau repot. Berarti anda sedang sakit jiwa, hahaha…
- Jika jawabnya, KITA TIDAK BUTUH TAPI KITA INGIN. Maka ini godaan. Tinggal kita kuat-kuatan dengan tergoda atau tidak. Jika keinginan ini tidak berpengaruh terhadap pengabaian kebutuhan kita, maka tak mengapalah kita menerima godaan itu.
- Dan jika jawabnya, KITA TIDAK BUTUH DAN TIDAK INGIN. Maka ini sama dengan nomor 1 tadi, ini hal yang baik. Karena kita tau bahwa hal itu tidak kita inginkan apalagi kita butuhkan.
Nah, kedua area ini sangat penting untuk kita pahami dan aplikasikan dalam kehidupan kita, karena di sinilah jabang dari kesejahteraan itu akan lahir dan membuahkan kebahagiaan, insya Allah bahagia dunia dan akhirat.
Terakhir, kita akan melengkapi pengetahuan kita tentang Needs dan Wants ini dengan memahami letak yang mendasari keduanya. Dan hal ini menyangkut dengan NILAI DIRI PADA SESEORANG dalam mencapai kesejahteraan.
Masih ingat kan pelajaran kita sebelumnya tentang definisi sejahtera?
Kesejahteraan tercapai jika kita mampu memenuhi seluruh kebutuhan kita; dan yang mendasarinya adalah nilai yang kita tetapkan pada diri kita. Sebaliknya, kesejahteraan itu tidak mudah kita rasakan meskipun seluruh kebutuhan kita terpenuhi karena didasari
Sederhananya begini, untuk mudah mencapai kesejahteraan ini maka kita perlu memahami nilai diri yang telah kita tetapkan. Karena kesejahteraan itu sesungguhnya sangat berkaitan dengan nilai yang kita sematkan pada diri kita.
Misalnya, si Bedu merasa kaya dan sejahtera dengan dia dan keluarganya bisa makan 3x sehari, bisa memiliki rumah yang asri, punya city car, dan bisa menyekolahkan anaknya sampai sarjana. Si Bedu merasa harta yang dipunyainya sudah sangat mencukupi dan membuatnya bahagia.
Namun, beda dengan si Bejo. Dia sudah memiliki rumah yang besar, mobil mewah, simpanan di bank, dan harta lainnya. Tapi dia melihat teman-temannya yang lain lebih kaya ketimbang dia; rumah temannya lebih bagus, mobilnya keluaran terbaru, anak-anak temennya malah ada yang sekolah ke luar negeri, dsb. Oleh karena itu, si Bejo belum merasa sejahtera.
Nah, dari kedua contoh ini, kita bisa simpulkan bahwa si Bedu memiliki nilai diri yang telah ditetapkannya untuk mencapai sejahtera dan tidak akan terpengaruh dengan keadaan orang lain. Sedangkan si Bejo selalu mempersepsikan dirinya harus bisa sama dengan orang lain atau bahkan melampauinya, sehingga dia tidak pernah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Pada titik tertentu, di Bejo bisa saja jadi stress karena dia mempersepsikan dirinya dengan ukuran orang lain.
Kalau di kampung saya itu ada pepatah yang artinya begini, “Jangan mengukur bajumu di tubuh orang lain”.
Nah, dari situasi seperti ini jelaslah bahwa banyaknya harta itu tidak berbanding lurus dengan makna kesejahteraan.
Ok, sampai di sini pelajaran kita kali ini dan selamat berjumpa pada pelajaran berikutnya. Terima kasih.